Rabu, 03 April 2019

Geliat Ikan Sidat Kian Memikat

Geliat Ikan Sidat Kian Memikat
Geliat ikan sidat kian memikat karena pasar yang semakin terbuka lebar, baik di dalam maupun luar negeri. Ikan dengan kandungan gizi yang berlipat di atas ikan salmon yang kesohor itu, punya cita rasa tinggi. Itu membuat makin banyak penggemarnya, terutama di dalam negeri. Terutama dari kalangan menengah atas yang notabene punya daya beli terhadap ikan mahal ini.

Di Jepang sendiri, masyarakat negeri sakura itu punya kebiasaan makan unagi, sidat dalam bahasa Jepang. Apalagi di negeri samurai ini ada hari raya unagi, di mana semua masyarakat Jepang makan sidat saat itu. Berbagai sumber menyebutkan kebutuhan konsumsi sidat di Jepang mencapai 300.000 - 450.000 ribu ton pertahun. Sedangkan produksi dalam negeri itu baru mencapai puluhan ton saja.

Negara-Negara Pengimpor Sidat

Tak heran jika Jepang menjadi pengimpor sidat terbesar dunia mengingat ikan misterius ini memang sudah jadi kebutuhan seluruh masyarakat Jepang. Beberapa negeri pengimpor sidat lainnya seperti Hongkong, Taiwan dan China serta Amerika dan beberapa negara di Eropa. Dengan kebutuhan konsumsi yang terus meningkat di antara negara-negara pengimpor ini, mencerminkan geliat ikan sidat kian meningkat.

Budidaya Ikan Sidat Terkendala Alam

Ya, ikan katadromus ini memang belum bisa dipijahkan secara buatan layaknya sejumlah ikan lain, seperti lele maupun ikan mas. Sidat punya siklus hidup, jika sudah dewasa dan siap bertelur, dia akan menuju dasar lautan lepas untuk memijah. Setelah memijah, ia akan mati. Kemudian anak-anaknya akan menjalani beberapa fase pertumbuhan hingga akhirnya mereka akan bergerak menuju perairan darat untuk tumbuh dan berkembang menjadi sidat dewasa di sunga-sungai atau raw-rawa.

Dengan karakteristik macam itu, proses pengembangan sidat secara produksi, sampai saat ini masih mengandalkan bibit hasil dari tangkapan alam. Ditangkap dalam ukuran tertentu, kemudian dipelihara dalam kolam-kolam budidaya dengan pakan buatan.

Dalam proses ini, ada banyak kegagalan. Mulai dari bibit yang mati karena tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya, petani budidaya yang masih awam tentang sidat hingga sidat tak kunjung tumbuh besar karena pakan dan lingkungan yang tidak sesuai. Itu semua menentukan hasil budidaya secara keseluruhan.

Ikan Sidat, Besar Pasak daripada Tiang

Ya, bicara tentang produksi dan konsumsi ikan sidat, realitanya mirip dengan peribahasa Besar Pasak daripada Tiang. Konsumsi sidat dunia terus naik, tapi proses budidaya yang jalan di tempat. Kendala bibit yang mengandalkan tangkapan alam dan pengetahuan budidaya yang minim dari para petani, masih jadi pekerjaan rumah.

Dari gambaran tersebut, mudah bagi kita untuk melihat bahwa pasar sidat masih terbuka lebar. Meski ada sederet kendala tadi, tapi geliatnya kian ramai. Untuk anda yang tengah mencari peluang usaha, budidaya sidat jadi pilihan yang ideal.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar